Kali ini kami ada satu cerita yang menarik untuk pembaca dan cerita ini adalah cerita benar dan cerita ini tentang seorang qari mesir yang hebat dan masyhur
SELAMAT MEMBACA !!!
NAMA =
SHEIKH MAHMOUD ALI AL-BANNA
BIODATA
Ustadz
Mahmud Ali Al-Banna lahir di desa Syabrabash yang terletak di Manufiah pada
tanggal 17 Desember 1926 M. Ia hidup berkembang di dalam pelukan suasana desa
yang serba alami dan tradisional. Suasana ini sangat memiliki peran penting
dalam membentuk sebuah masyarakat petani yang ingin memiliki kehidupan mulia
yang dilandasi dengan usaha keras dan mengucurkan keringat.
Mahmud
Ali al-Banna adalah seorang qari Al-Quran termasyhur di Mesir dengan suaranya
yang lunak dan mahir dalam ilmu tarannum.Beliau disanjungi dan dihormati pada
abad itu seperti mutiara yang sentiasa digilap agar kemilauan ilmunya dapat
menerangi permikiran masyarakat akan keindahan ilmu Al-Quran yang sering di
abaikan dan semakin dibekukan dalam permikiran masyarakat sama ada dari segi politik
dan cara hidup.Padahal perkara inilah yang perlu dititik beratkan oleh semua
penduduk manusia kerana ilmu ini yang dilakukan sepanjang hidup junjungan kita
Nabi Muhammad S.A.W iaitu mendidik akhlak kita dan menyusun tatacara hidup kita
dengan kitab suci Al-Quran dan perkara ini juga telah dinyatakan bahawasanya
akhlak baginda adalah Al-Quran,inilah yang patut di contohi oleh masyarakat
pada era ini.
Ketika
Haji Ali memiliki seorang putra yang serupa dengan putra-putra surga, ia
memahami sebuah nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT
kepada dirinya. Kerana ia melihat sebuah kewibawaan dan kemuliaan dalam diri
putra kecilnya sebagai pertanda bahwa Ia telah memilihnya untuk menghafal Al
Quran-Nya. Ia memberinya nama Mahmud (terpuji), salah satu nama Rasulullah SAWW.Kedatangannya
membawa barokah bagi keluarganya. Dengan kedatangannya segala kebaikan dan
semangat untuk hidup tercurahkan kepada keluarga bahagia tersebut. Ayahnya
tidak pernah lengah dalam membantunya untuk menghafalkan Al Quran. Karena ia
menginginkan putranya termasuk salah seorang penghafal Al Quran yang berhasil.
Oleh karena itu, setelah putranya beranjak dewasa, ia mendaftarkannya di
“Al-Maktab” yang dibimbing oleh Ustadz Musa di desa Syabrabash. Ia sangat ketat
dalam mendidik dan mengajarkan Tajwid dan menghafal Al Quran kepada
murid-muridnya. Khusunya terhadap Mahmud yang tampak melebihi teman-teman
sebayanya dalam menguasai Al Quran, baik dalam mengucapkan huruf-huruf Arab
dari tempatnya mahupun dalam cara bicaranya sehari-hari. Di samping itu, ia
juga memiliki kecerdasan yang luar biasa dan selalu melaksanakan latihan rutin
setiap hari yang menyebabkan Ustadz Musa mengakui keahliannya dalam bidang Al
Quran. Pada saat itu umurnya baru 6 tahun.
Ia
bercerita tentang dirinya dan “Al-Maktab” tempatnya belajar Al Quran: “Aku
sangat menyenangi apa yang kupelajari pada hari itu. Aku tidak pernah tidur
malam kecuali setelah menghafalkan bahgian yang harus kuhafalkan di depan Ustaz
esok harinya. Dan setelah menghafalnya bahagian itu, aku masih mengulangi
hafalan yang pernah kuhafal sebelumnya sehingga aku dapat menghafalkan kedua bahagian
tersebut dengan baik.
Ia
melanjutkan ceritanya: “Ayahku pergi ke kota Syabin Alkum untuk menyelesaikan
urusan birokrasi supaya aku dapat masuk ke sebuah madrasah di sana yang pada
waktu itu berada di bawah pengawasan Universiti Al-Azhar. Akan tetapi, salah
seorang sahabatnya menyarankan kepadanya untuk mendaftarkanku ke Madrasah
Minsyawi yang berada di kota Thantha dan menerima langsung orang-orang yang
sudah hafal Al Quran. Akhirnya, ayahku membawaku ke kota Thantha dan
mendaftarkanku di Madrasah Minsyawi padahal usiaku masih sangat kecil.
Yang membuatku betah berdomisli di Thantha adalah sambutan masyarakat luas yang
bersedia untuk mendengarkan suaraku membaca Al Quran.
Aku
mengikuti cara dan alunan bacaan Sheikh Rif’at. Kadang-kadang aku juga mendapat
undangan untuk membaca qira`ah dalam rangka merayakan
peringatan-peringatan tertentu yang diadakan di masjid Ahmadi. Pada masa itu
aku dikenal sebagai anak yang luar biasa.Ini kerana aku dapat menirukan gaya
dan alunan bacaan yang dimiliki oleh para qari` kaliber dunia, seperti Sheikh
Muhammad Rif’at, Sheikh Muhammad Salamah, Sheikh Abdul Fattah Asy-Sya’sya’i,
dan Sheikh Muhammad As-Sa’udi. Jika mereka memintaku untuk membaca Al Quran
sesuai dengan gaya yang dimiliki salah seorang qari` kaliber
dunia, aku tidak pernah menolak. Aku pun malah bersemangat untuk melaksanakan
hal itu ketika ratusan orang hadir mendengarkan suaraku. Waktu itu usiaku baru
12 tahun”.
Di
Madrasah Minsyawi,Sheikh Mahmud Ali Al-Banna sudah dikenal di kalangan para
pelajar. Para guru dan pelajar yang ada di situ sangat suka mendengarkan
suaranya.
Ada juga yang
berpendapat bahawa Sheikh Mahmoud berkata ia bercerita: “Ustadz Husein
Mu’awwadh sangat ketat mendidik murid-muridnya. Suatu hari, aku membaca qira`ah dengan
sedikit malas. Ia mengancamku untuk memukul dengan kayu yang ada di tangannya.
Aku duduk dan para pelajar duduk mengeliliku. Akhirnya, aku baru sedar bahawa
mereka telah pergi dan tidak ada seorang pun di situ kecuali aku sendirian. Ia
berkata kepadaku: “Jangan takut, teruskan!” Di akhir tahun, Ustadz Husein dan
Muhriz berkata kepadaku: “Mahmud, kamu harus pergi ke Madrasah Ahmadi di
Thantha dan belajarlah aneka ragam bacaan Al Quran supaya engkau menjadi
seorang qari` yang terkenal dan bisa masuk ke radio. Karena
kamu memiliki kemampuan yang cukup untuk itu”. Akhirnya, aku pergi ke Madrasah
Ahmadi dan belajar aneka ragam bacaan Al Quran di hadapan Ustadz Muhammad Salam
yang sangat memperhatikan murid-muridnya. Sebelum menerima murid, ia mengadakan
tes masuk terlebih dahulu yang meliputi hafalan Al Quran, Tajwid, cara
pengucapan huruf-huruf Arab, pengenalan makhraj huruf-huruf
Arab, kejituan dalam mengucapkannya dan kerapian penampilan. Jika semua
syarat-syarat di atas dapat dipenuhi, maka ia akan diterima”.
Setelah
belajar di Madrasah Ahmadi selama 2 tahun. Setelah mempelajari Ulumul Quran dan
10 jenis bacaan Al Quran dari Sheikh Muhammad Salam, ia pindah ke Kairo yang dikenal
sebagai kota ilmu dan ulama`. Sheikh Mahmoud Ali Al-Banna bercerita: “Melalui
perantara sebahagian sahabat, aku memulakan kegiatan qira`ah di
beberapa daerah terletak di kota Syabrabash, Kairo. Sejak itu, masyarakat sudah
mulai mengenalku dan undangan-undangan berlimpah datang kepadaku untuk mengisi
acara-acara peringatan keagamaan dari para peniaga Kairo sebagai pihak yang
mengadakan acara. Mereka juga bersaing dalam memilih para qari` yang hendak
diundang”.
Pada
tahun 1946 M. Ustadz Mahmud Al-Banna berkenalan dengan seorang muzikal yang
sangat berkaliber dunia. Ia adalah Sheikh Darwisy Hariri. Ia banyak membantu
Ustadz Al-Banna dalam memasukkan unsur-unsur muzik ke dalam qira`ahnya.
Pertama kali
Ustadz Mahmud Al-Banna membacakan qira`ah di radio pada tahun
1948 ketika ia masih berusia 22 tahun. Acara ini disiarkan secara langsung.
PENCAPAIAN QARI
SHEIKH MAHMOUD ALI AL-BANNA
Ustadz
Mahmud Al-Banna selama empat puluh tahun mengadakan kunjungan ke berbagai
negara di dunia. Ia telah berkunjung ke seluruh benua yang ada di dunia ini,
khususnya pada bulan Ramadhan. Qira`ah yang dibawakannya
sungguh sangat menyentuh hati. Universiti Al-Azhar sering mengundangnya untuk
menghadiri majlis majlis di peringkat antarabangsa yang diadakan di Mesir. Dan
juga Kementerian Wakaf Negara Mesir sering mengundangnya untuk menjadi antara peserta Majlis Tilawah Al-
Quran peringkat anatarabangsa. Banyak sekali undangan-undangan yang
diterimanya dari para presiden dan raja negara-negara Arab dalam rangka mengisi
acara di bahagian keagamaan, seperti maulid Nabi SAW, malam Isra` dan Mir’raj,
malam tahun baru dan majlis-majlis antarabangsa yang diadakan di negara-negara
mereka.
Pada
tahun 1945, Sheikh Mahmud Ali Al Banna berkongsi di Kaherah, di mana beliau
mula belajar muzik dan Maqams Sheik Darwish Al-Hariri.Pada tahun 1947, beliau
menjadi qari Persatuan belia Islam dan memperkenalkan semua perayaan
persatuan.Setahun kemudian, ramai selebriti yang hadir pada mesyuarat persatuan
seperti Maher Pasha, Prince Abdelkrim El Khatabi meminta beliau menyertai radio Mesir.Pada
tahun 1948, Sheikh Al Banna menyertai radio Mesir, bacaan secara langsung
pertamanya dikeluarkan pada Disember tahun yang sama. Beberapa tahun kemudian
beliau menjadi salah seorang Qari terkenal dari Mesir.
Selain
itu, Mahmoud Ali Al Banna melawat beberapa negara-negara Islam dan
negara-negara di dunia. Beliau membaca dan membaca al-Quran ke Mekah, Al Haram
Al Qudsi, Masjid Umayyah, masjid di Berlin pada tahun 1978 .Sheikh Al Banna
adalah antara aktivis untuk mewujudkan kesatuan pemain dan telah dipilih
sebagai naib presiden pada penubuhannya pada tahun 1984.
KEWAFATAN QARI
SHEIKH MAHMOUD ALI L-BANNA
Sheikh
Mahmoud Ali Al Banna meninggal dunia 20 JULAI 1985 (3 Zu Al Qi3da 1405 AH) dan
telah dikebumikan di tempat kudus masjid di kampung kelahirannya
Shoubrabas.Pada tahun 1990, Presiden Mesir memberi namanya kepada harga Sastera
dan Sains.
Ada
juga yang menceritakan bahawa, beberapa hari sebelum wafat, ia meminta pena dan
kertas dari putranya, Ahmad dan berkata: “Tulislah semua yang kukatakan!” Ia
berpesan tentang cara mentasyyi’ jenazahnya. Di samping itu, ia
juga berpesan supaya harta-hartanya dibagi secara hukum waris Islam. Setelah
menutup surat wasiatnya, putranya berkata kepadanya: “Apakah ada permintaan
lain yang bisa kulakaukan?” Di tengah-tengah rintihan tangis orang-orang yang
hadir di situ, ia hanya meminta satu Al Quran disertakan dengan jenazahnya
supaya ia menjadi temannya di alam kubur. Sebagai penghormatan atas jasa dan
nama baiknya, pemerintah setempat menjadikan namanya sebagai nama sebuah jalan
di salah satu tempat di Mesir.
No comments:
Post a Comment